kudhana file's

Kejawen opo to kuwi ……..?

Posted by Kudhana pada Maret 22, 2011

Orang jawa pasti mengenal istilah atau kata kejawen, bagi orang yang “percaya” kejawen adalah suatu pandangan, pegangan dan tuntunan hidup, dimana jika kita menjalani dan melakukannya niscaya akan terhindar dari segala kesulitan dan kemalangan, tetapi bagi sebagian orang, kejawen merupakan budaya nenek moyang semata, dimana kebanyakan orang yang melakukan dan mengamalkan ajaran nya merupakan upaya untuk melestarikan kebudayaan jawa semata tanpa ada alasan lain di luar itu. Didalam kejawen banyak sekali “unen- unen” atau kata – kata kebijaksanaan yang dapat di amalkan dan di gunakan, dimana unen – unen tersebut dapat di tafsirkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi dan sesuai dengan pemahamannya masing – masing.  Disinilah letak keunggulan dari kebudayaan jawa ini, karena sifatnya yang tidak menggurui dan tidak memaksakan kehendak, semua tuntuan cukup di sampaikan saja, mau dilaksanakan (bagi yang menganggap baik) ya silahkan, tapi jika tidak di laksanakan (yang menganggap tidak penting) juga tidak masalah dan tidak akan terkena sangsi apa – apa, karena yang akan mendapatkan manfaat adalah yang melakukan nya sendiri secara langsung,

terlepas dari percaya dan tidak percaya akan kejawen (baca: kebudayaan jawa) tidak ada salahnya kita mengerti akan beberapa isi “unen – unen” yang baik secara langsung  dan tidak langsung masih dapat di amalkan di dalam kehidupan sehari hari  hari

10 FILOSOFI LELUHUR JAWA :
Monggo dipun amalaken:

1. URIP IKU URUP
[Hidup itu nyala, hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita]

2. MEMAYU HAYUNING BAWANA, AMBRASTA DUR HANGKARA
[Harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak]

3. SURA DIRA JAYA JAYANINGRAT, LEBUR DENING PANGASTUTI
[Segala sifat keras hati, picik, angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar]

4. NGLURUK TANPA BALA, MENANG TANPA NGASORAKE, SEKTI TANPA AJI-AJI, SUGIH TANPA BANDHA
[Berjuang tanpa perlu membawa massa, Menang tanpa merendahkan/mempermalukan, Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan/kekuatan/kekayaan/keturunan, Kaya tanpa didasari hal2 yg bersifat materi]

5. DATAN SERIK LAMUN KETAMAN, DATAN SUSAH LAMUN KELANGAN
[Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri, Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu]

6. AJA GUMUNAN, AJA GETUNAN, AJA KAGETAN, AJA ALEMAN
[Jangan mudah terheran-heran, Jangan mudah menyesal, Jangan mudah terkejut dgn sesuatu, Jangan kolokan atau manja]

7. AJA KETUNGKUL MARANG KALUNGGUHAN, KADONYAN LAN KEMAREMAN
[Janganlah terobsesi atau terkungkung dengan kedudukan, materi dan kepuasan duniawi]

8. AJA KUMINTER MUNDAK KEBLINGER, AJA CIDRA MUNDAK CILAKA
[Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka]

9. AJA MILIK BARANG KANG MELOK, AJA MANGRO MUNDAK KENDHO
[Jangan tergiur oleh hal2 yg tampak mewah, cantik, indah dan jangan berfikir gamang/plin-plan agar tidak kendor niat dan kendor semangat]

10. AJA ADIGANG, ADIGUNG, ADIGUNA
[Jangan sok kuasa, sok besar/kaya, sok sakti]

(dari berbagai sumber)

2 Tanggapan to “Kejawen opo to kuwi ……..?”

  1. Utomo DH said

    Memayu hayuning bhuwana barangkali dalam skala mikro ya ikut menjaga, memelihara dan melestarikan hal-hal yang baik dan positif bagi lingkungan tempat tinggal kita, Ki Kudhana. Jadi makna filosofi ini harusnya menjadi dasar bagi kita dalam bermasyarakat, sehingga ‘bhuwana’ mikro kita tetap terjaga dan juga akan menjaga kita (dan keluarga). Mekaten Ki Kudhana. Nuwun

  2. Kudhana said

    setuju Den Tomo………….., mawi memayu hayuning bhuwana menika kedah di pun mulai saking lingkungan sekitar rumiyin ……………..

Tinggalkan komentar